Membangun sistem
administrasi perkantoran dan menemukan
solusinya
A. Pengawasan
1. Proses
Pengawasan
Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pengawasan administrsi perkantoan
sangatlah penting, beberapa tujuan administrasi perkantoran menurut Odgers
adalah sebagai berikut :[2]
a. Meningkatkan
kinerja organisasi secara kontinue, karena kondisi persaingan semakin tinggi
menuntut organisasi untuk setiap saat mengawasi kinerjanya.
b. Meningkatkan
efisiensi dan keuntungan bagi organisasi dengan menghilangkan pekerjaan yang
tidak perlu atau mengurangi penyalagunaan alat atau bahan.
c. Menilai
derajat pencapaian rencana kerja dengan hasil aktual yang dicapai, dan dapat
dipakai sebagai dasar pemberian kompensasi bagi seorang pegawai.
d. Mengoordinasikan
beberapa elemen tugas atau progam yang dijalankan.
e. Meningkatkan
keterkaitan terhadap tujuan organisasi agar tercapai..
Selain
itu pengawasan dan pelaporan administrsi kantor memiliki beberapa manfaat
antara lain :
a. Membantu
memaksimalkan keuntungan yang akan diperoleh organisasi.
b. Membantu
pegawai dalam meningkatkan produktivitas karena kesadaran akan kualitas dan
kuantitas output yang dibutuhkan.
c. Menyediakan
alat ukur produktivitas pegawai atau aktivitas yang objektif bagi organisasi.
d. Mengidentifikasi
beberapa hal yang membuat rencana tidak sesuai dengan hasil aktual yang
dicapai, dan memfasilitasi permodifikasiannya.
e. Membantu
mencapai kerja sesuai tingkat atau deadline yang ditetapkan.
Adapun
unsur-unsur yang harus dipenuhi dalam proses pengawasan agar dapat berjalan
secara optimal adalah sebagai berikut :
a. Faktor-faktor
yang diawasi. Sebelum pengawasan dilakukan seyogyanya stakeholders internal
diberikan pemahaman tentang faktor-faktor apa saja yang akan diawasi. Tentu
saja, pengawasan terhadap faktor yang tidak terlalu penting akan mengakibatkan
waktu dan tenaga terbuang secara sia-sia. Misalnya, pada departemen
administrasi penjualan, penyelesaian order penjualan merupakan faktor penting
yang diawasi guna mengukur keefektifan dari fungsi pengolahan data penjualan
yang dilakukan.
b. Identifikasi
hasil yang diharapkan. Identifikasi parameter yang kurang jelas mengenai hasil
yang diinginkan dari aktivitas pekerjaan yang dilakukan membuat pengawasan
tidak akan berjalan dengan efektif. Untuk itulah, keterlibatan semua pihak
(termasuk pihak yang akan diawasi) mutlak diperluakan, bila perlu organisasi
dapat mengundang konsultan untuk menentukan alat ukur yang akan digunakan.
c. Pengukuran
kinerja. Sebelum hasil aktual dan hasil yang diinginkan dibandingkan, hasil
aktual harus diukur. Dalam beberapa hal, pengukuran ini juga menjelaskan output
kuantitas. Dalam organisasi yang menerapkan konsep TQM, pengukuran lebih
ditekankan pada seberapa baik pelangan dilayani oleh organisasi, selain itu,
hasil dari aktivitas yang akan dilakukan dikuantifikasikan, misalnya
pendistribusian surat edaran dari pihak manajemen terlaksana maksimal 1 hari
setelah ditandatangani, atau order pembelian akan dipenuhi dengan time limit 3
hari setelah order dilakukan.
d. Aplikasi
tindakan pembenahan. Apabila hasil aktual kurang dari hasil yang diterapkan,
perlu dilakukan tindakan koreksi untuk memperkecil gap yang terjadi dengan
mengimplementasikan hal yang dianggap perlu. Misalnya, dalm pemenuhan order
pembelian yang akan terealisasi maksimal 3 hari setelah order dilakukan tetapi
ketika sudah waktunya belum tercapai, ternyata fasilitas komunikasi antara
divisi administrasi penjualan dengan gudang tidak difasilitasi dengan alat
komunikasi yang memadai, sehingga perlu ditunjang dengan alat komunikasi yang
representatif.
Terdapat
tiga proses yang harus dilakukan dalan mengontrol pekerjan administrasi kantor
:
1. Mendefinisikan
parameter pekerjaan yang akan diawasi. Hal ini akan membantu pegawai
untuk mengetahui tingkat kinerja yang diharapkan terhadap mereka dan secara
efektif dapat mencapainya. Manajer dapat melakukannya dengan melakukan hal-hal
berikut :
a) Penetapan
tujuan, dalam beberapa penelitian yang berbeda, tempat maupun budaya
menunjukkan bahwa tujuan yang telah ditetapkan dapt meningkatkan kinerja
pegawai. Peningkatan ini diperoleh karena pegawai cenderung memberikan
perhatian lebih dan mendorong mereka untuk mencapainya jika tujuan atau target
yang harus dicapai dijelaskan secara detail, seperti peningkatan kepuasan
pelanggan sebesar 10% dalam setahun atau pengurangan biaya telepon sebesar 15%
dalam setahun.
b) Standar
ukuran. Merupakan syarat mutlak agar pegawai dapat mencapai kinerja yang
diharapkan apabila alat ukurnya ditetapkan secara objektif. Untuk itulah,
tujuan hendaknya ditetapkan sedetail mungkin sehingga pengukuran yang objeektif
dapat dilakukan. Misalnya, tujuan organisasi “menjadikan organisasi lebih baik”
sangat sulit untuk diukur.dalam hal ini terdapat dua standart ukur yang dapat
digunakan oleh organisasi :
1) Standart
terukur, merupakan standart kerja yang dapat diidentifikasikan dan diukur
dengan mudah. Misalnya, teller di sebuah bank ditargetkan untuk melayani 20
orang dalam menyelesaikan transaksi (penarikan, penyimpanan, maupun
pembayaran), sehingga rata-rata nasabah dapat dilayani selama 3 menit.
2) Standart
tak terukur, merupakan standart kerja yang sulit untuk dikuantifikasikan dan
biasanya berhubungan dengan karakteristik hubungan manusia, seperti sikap
terhadap pelanggan, tingkat moral yang tinggi, dan tingkat kepuasan terhadap
pelayanan administrasi di kantor.
c) Pengukuran,
merupakan inti dari pengkontrolan administrasi kantor. Hendaknya pengukuran ini
dilakukan secara reguler, bisa per kuartal maupun semester, untuk menjamin
tercapainya tujuan secara konsisten. Apabila penetapan tujuan maupun ukuran
telah dilakukan dengan baik, namun proses pengukuran kinerja tidak dilakukan
sebagaimana mestinya, maka akan menyebabkan keseluruhan proses pengkontrolan
tidak berjalan sebagaimana mestinya.
2. Memfasilitasi
kinerja yang hendak dicapai. Apabila proses pertama telah dilakukan, Manajer
administrasi hendaknya memberikan feedbackkepada pegawai mengenai
apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kinerja mereka sesuai dengan target
yang ditetapkan. Pemberian umpan balik ini hendaknya diiringi dengan pemberian
fasilitas yang memadai bagi karyawan untuk mencapainya. Beberapa hal yang dapat
dilakukan antara lain :[3]
a. Mengurangi
hambatan yang ada, misalnya peralatan kantor yang ada sudah out of date (penggunaan
komputer dengan kecepatan processor 486 MHz, sedangkan aplikasi yang dijalankan
menuntut penggunaan processor di atas 2 GHz ); kurang efesiennya
desain tempat kerja, atau bisa juga disebabkan kurang efektifnya desain kerja.
Untuk itulah, hendaknya manajer administrasi senantiasa mendengarkan pendapat
atau keluhan dari bawahan guna mengurangi hambatan dalam mencapai tujuan.
b. Menyediakan
sumber daya yang memadai untuk penyelesaian kerja, misalnya sumber daya modal,
bahan, maupun manusia. Meskipun hambatan telah dikurangi oleh manajer
administrasi, namun sumber daya yang dapat digunakan sangat terbatas (jumlah
pegawai yang dibutuhkan untuk penyelesaian suatu pekerjaan seharusnya 5 orang,
namun hanya tersedia 3 orang), maka tujuan mustahil akan tercapai.
c. Memberikan perhatian
penuh dalam perekrutan pegawai, hal ini didasari bahwa tujuan hendaknya dicapai
pada saat yang tepat, tempat yang sesuai, dan orang yang tepat. Kualifikasi
pegawai yang dibutuhkan tidak boleh lebih dan tidak boleh kurang, misalnya
pegawai yang direkrut untuk bagian duplikasi (foto kopi) adalah seorang sarjana
informatika atau pembuatan sistem administrasi merekrut pegawai yang baru lulus
dari sekolah kejuruan. Hendaknya perekrutan juga tidak hanya mendasarkan pada
strata pendidikan yang dimiliki pelamar, namun faktor lain juga perlu
dipertimbangkan, seperti pengalaman kerja, kompetensi yang dimiliki, dan
seterusnya.
3. Memotivasi
pegawai, yang harus dilakukan oleh manajer administrasi agar pegawai senantiasa
tertantang untuk mencapai target yang ditetapkan dan secara konsisten serta
persisten mencapainya. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah :[4]
a. Memberikan
imbalan yang dihargai oleh pegawai, pemberian ini harus didiskusikan terlebih
dahulu dengan pegawai mengenai hal apa yang penting buat mereka, apakah
peningkatan gaji, fasilitas, cuti, pengakuan, dan lain-lain. Hasil survey ini
akan dijadikan penentuan sistem imbalan bagi pegawai, dan imbalan tersebut
dapat menyerap keinginan para pegawai.
b. Memberikan
imbalan secara tepat dalam hal jumlah dan waktunya, apabila pegawai memenuhi
target yang ditetapkan, organisasi harus memberikannya secara tepat sesuai
dengan yang dituangkan dalam peraturan hal ini sangat penting untuk menjaga
kredibilitas organisasi di mata pegawai dan memberikan motivasi bagi
pegawai untuk selalu mencapai target yang telah ditetapkan.
c. Memberikan
imbalan secara adil, hal ini penting dilakukan untuk menjaga ketidakpuasan dari
masing-masing pihak. Apabila pencapaian kerja dilakukan secara berkelompok,
hendaknya manajer administrasi juga mendapatkan input dari masing-masing
anggota kelompok mengenai kinerjanya. Masukan ini dapat dijadikan dasar
pemberian imbalan yang adil bagi setiap kelompok kerja yang dimaksud.
Fungsi
pengawasan biasanya diasosiasikan negatif oleh anggota organisasi, karena pada
dasarnya manusia tidak suka diawasi. Fungsi ini juga dapat memengaruhi hubungan
dengan pegawai yang bersangkutan jika terpaksa dilakukan langkah pembinaan atau
pembenahan dari kondisi kerja yang sekarang. Untuk itu, demi tercapainya tujuan
organisasi, hendaknya staf yang bertugas melakukan fungsi ini mempunyai sikap
empati dan kooperatif dengan departemen yang lain.
Hal
utama yang menjadi dasar dalam pemilihan seorang pengawas adalah mempunyai
kesempatan yang cukup guna mengamati kinerja pegawai dalam periode waktu
tertentu. Berikut adalah beberapa orang yang dapat dijadikan pengawas atau
penilai :
1. Supervisor,
yang mempunyai kesempatan lebih banyak dan bertanggung jawab atas kinerja
langsung anak buahnya. Hal ini yang mendasari kontrol dari supervisor banyak
dipakai pada setiap organisasi.
2. Teman
sekerja, yang didasari atas kenyataan tidak setiap saat atasan dapat memonitor
kinerja anak buahnya, dan yang merasakan baik tidaknya kinerja seorang pegawai
adalah teman sekerjanya, terlebih mereka tergabung dalam sebuah tim kerja.
Hendaknya penilaian atau kontrol oleh teman kerja bukanlah secara umum, namun
hal khusus yang berkaitan dengan kesediaan yang bersangkutan untuk membantu
yang lain. Fungsi kontrol ini akan lebih efektif jika organisasi memberikan
kesempatan kepada penilai unutk memberikan umpan balik yang bersifat positif
dan negatif, mengumpulkan pendapat anggota yang lain, dan berdiskusi langsung
dengan yang bersangkutan, sehingga efektivitas pengawasan akan meningkat.
3. Bawahan,
merupakan salah satu umpan balik dalam proses pengawasan yang baik. Banyak
studi yang menemukan bahwa pengawasan yang diberikan oleh bawahan berdampak
positif terhadap kinerja atasan, misalnya mengenai efektivitas mereka
berkomunikasi dengan bawahan maupun jenis kepemimpinan yang dimiliki, sedikit
banyak akan memengaruhi kinerja pegawai administrasi. Untuk itulah, pengawasan
yang dilakukan bawahan perlu dipertimbangkan oleh sebuah organisasi.
4. Menilai
diri sendiri, yang bisa dijadikan bahan untuk perbaikan proses kerja sesuai
dengan harapan pegawai dan bisa mengurangi sikap desensif mereka dalam
proses pengawasan. Kontrol terhadap diri sendiri ini juga baik sebagai bahan
konseling bagi pegawai dalam pengembangan dirinya.
5. Pelanggan,
yang cukup penting dalam proses pengawasan bagi pegawai administrasi yang
berhubungan langsung dengan pelanggan atau konsumen suatu organisasi atau
perusahaan. Pengawasan yang dilakukan dengan pelanggan akan menunjukkan
seberapa puas mereka terhadap layanan yang diberikan, terutama oleh pegawai
yang dimaksud. Hal ini juga akan meningkatkan loyalitas pelanggan, karena rasa
memiliki terhadap organisasi atau perusahaan tersebut.
6. Komputer,
merupakan salah satu pengawas terbaru pada administrasi perkantoran. Kebanyakan
dari perusahaan di A.S memonitor penggunaan internet dan email pekerjanya yang
menggunakan komputer perusahaan. Hal ini didasari adanya kenyataan bahwa
penggunaan internet untuk keperluan pribadi lebih kurang 6 jam dalam seminggu.
Komputer juga dapat digunakan untuk mengontrol penyelesaian pekerjaan seorang
pegawai dalam penyelesaian transaksi yang menggunakan sistem terintegrasi yang
membuat manajer administrasi bisa menganalisis kemacetan penanganan pelanggan
terjadi pada bagian atau pegawai mana, sehingga penanganan bisa cepat
dilakukan.
7. Umpan
balik 360 derajat, semakin populer di Amerika dimana sepertiga organisasi atau
perusahaan memakainya. Ada beberapa alasan bagi popularitas penggunaan pengawas
dari seluruh sisi ini, yaitu penggunaan kontrol dari dimensi yang berbeda dapat
menangkap kompleksitas kinerja seorang pegawai, kontrol dari atasan akan
semakin kuat apabila semua pihak menyatakan hal yang sama dan yang bersangkutan
akan lebih menyadari kondisi kinerjanya sekarang, dan sebagainya.
2. Pengawasan
Kualitas
Sesuai
dengan tujuannya, organisasi melakukan pengawasan untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas sebuah aktivitas kerja di kantor pada rentang waktu
tertentu. Untuk menghasilkan pengukuran yang baik, evaluasi harus didasarkan
pada data yang akurat. Kontrol terhadap kualitas mencakup evaluasi
atas keakuratan pekerjaan yang dilakukan, dan kontrol kuantitas lebih mengarah
pada kuantifikasi komponen-komponen evaluasi agar tujuan yang ditetapkan dapat
tercapai.
Beberapa
cara atau teknik yang dapat dilakukan dalam melakukan pengawasan kualitas
adalah sebagai berikut :
a. Inspeksi
total, berupa pengecekan menyeluruh terhadap seluruh unit kerja atau tugas yang
dilakukan oleh pegawai dan menjelaskan apakah standart kualitas minimum sudah
tercapai, dan bila belum, bagaimana memperbaikinya. Misalnya, dengan melakukan
pengecekan ulang terhadap hasil pengetikan suatu proposal, apakah sesuai dengan
kaidah EYD atau penghitungan ulang terhadap tagihan yang akan dikirimkan kepada
pelanggan. Namun teknik ini kurang efektif jika frekuensinya terlalu sering,
apalagi tanpa alasan yang kuat, karena pegawai akan merasa terlalu diawasi
sehingga membuat kerja tidak kondusif.
b. Pengecekan
pada area tertentu, dilakukan melalui pengecekan kinerja pegawai di suatu
departemen atau devisi tertentu, seperti departemen keuangan, yang dilakukan
secara periodik. Penggunaan komponen statistik akan menambah validitas data
yang diperoleh dalam fungsi pengawasan.
c. Pengontrolan
Kualitas dengan statistik. Apabila inspeksi total belum diperlukan dan
pengecekan pada devisi tertentu tidak terlalu akurat, manajer administrasi
dapat menggunakan tehnik ini dengan memakai data yang berbasis sampel yang
dipilih untuk menjamin validitas dan reliabilitas hasil pengukuran.
d. Kesalahan
nihil, merupakan tehnik preventif terhadap potensi kesalahan yang dilakukan
oleh pegawai sejak pertama kali mengerjakan tugasnya. Hal ini juga dapat
memotivasi pegawai untuk selalu bebas dari kesalahan. Ketika tehnik ini
diterapkan mereka seyogyanya diberikan imbalan yang setimpal atas tiadanya
kesalahan yang dilakukan dan peningkatan kinerja yang telah dilakukan.
Total
Quality Management adalah program yang diimplementasikan untuk menjamin
tercapainya kualitas manajemen di organisasi. TQM sangat perlu dilakukan dalam
administrasi perkantoran yang berpijak pada :
a. Kepuasan
pelanggan. Hal ini dianggap penting karena pelanggan yang puas akan menjadi
pelanggan yang loyal dan meningkatkan pendapat bagi perusahaan. Sebagian besar
penelitian menemukan bahwa pelanggan yang loyal kepada sebuah organisasi
biasanya hanya kurang lebih 20% dari populasi pelanggan, namun mereka
menyumbangkan laba terhadap perusahaan atau organisasi sebesar kurang lebih 60%
hingga 80%. Untuk itulah, hendaknya kepuasan pelanggan menjadi orientasi utama
bagi sebuah organisasi.
b. Pengukuran
statistik yang akurat. Setelah standar ditetapkan oleh organisasi dan
disosialisasikan ke seluruh bagian, keakuratan pengukuran hasil kerja mutlak
diperlukan guna menghasilkan keputusan yang tepat berdasarkan data
statistik kinerja yang dilakukan pegawai. Kesalahan pengukuran akan
mengakibatkan pengambilan keputusan yang salah dan akan merugikan organisasi.
c. Perbaikan
secara terus-menerus terhadap produk maupun layanan yang diberikan. Hal ini
perlu diperhatikan karena perbaikan terhadap produk atau jasa yang dianggap
kurang baik dilakukan secara kontinue lambat laun akan meningkatkan kualitas
menajemen dan membuat puas seluruhstakeholders.
d. Bentuk
hubungan baru dengan pegawai. Meningkatnya kebutuhan akan tim kerja dan
pemberdayaan pegawai merupakan bentuk hubungan baru yang dihasilkan dari
diimplementasikannya program TQM.
3. Pengawasan
Kuantitas
Untuk
memulai pengontrolan, hendaknya organisasi mulai dengan mengumpulkan data
aktivitas administrasi di kantor dan dijadikan dsar untuk penetapan standart
kuantitas. Pengukuran ini didesain untuk mendefinisikan dan menggambarkan apa
yang diharapkan dari pelaksanaan sebuah kerja, baik dari pegawai maupun dari
pihak organisasi. Seperti biasanya, kudari waktu ke waktu volume pekerjaan
berfluktuasi. Ketersediaan dat yang terukur akan menjadi informasi yang berguna
bagi pengelolaan kerja administrasi, terutama bagi pekerjaan yang berfluktuasi.
Untuk
mengontrol fluktuasi pekerjaan kantor terdapat beberapa tindakan yang dapat
dilakukan antara lain :
a. Overtime,
banyak perusahaan yang menambah jam kerja (lembur) untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan dengan deadline yang terbatas atau karena volume pekerjaan yang
menumpuk. Misalnya, banyak pekerjaan di organisasi atau bank akan meningkat
volumenya menjelang akhir tahun (tutup buku), karena adanya keharsan untuk
mempertanggung jawabkan kinerjanya kepada stakeholders. Walaupun
hal ini dapat diantisipasi dengan menyusun laporan secara periodik, namun
fenomena ini tidak bisa dihindari. Untuk itu, manajer administrasi harus
menyadari adanya potesi penurunan produktivitas jika terdapat penembahan jam
kerja bagi pegawai karena rasa lelah yang menyertainya.
b. Temporary
help. Jika penambahan jam kurang memadai atau kurang tepat dilakukan, pemakaian
tenaga temporer dalam menghadapi peak season dapat dilakukan.
Dapat dibayangkan jika Matahari Departement Store menghadapi musim lebaran atau
liburan akan dibanjiri konsumen yang berbelanja. Solusi yang paling tepat
adalah dengan mengangkat tenaga temporer dengan durasi kerja sepanjang peak
season yang diperkirakan akan terjadi.
c. Part-time
help. Jika fluktuasi terjadi secara reguler, menyewa tenaga paruh waktu juga
dapat dilakukan. Misalnya, pada Ruang Baca FE UNAIR yang mempunyai jam kerja
panjang (07.00-19.00) akan membutuhkan tenaga paruh waktu yang membantu
melayani mahasiswa antara pukul 16.00-19.00.
d. Floating
work unit. Beberapa organisasi telah mengembangkan unit kerja yang akan dipakai
jika mereka memang diperlukan dalam penyelesaian proyek dengan volume kerja
yang tinggi atau time limit yang terbatas.
e. Cycle
billing. Banyak organisasi yang mempunyai jumlah pelanggan yang besar
mengimplementasikan tehnikini untuk mengurangi antriyan layanan yang akan
dilakukan. Misalnya, pada bank BNI di loket pembayaran listrik akan dibagi
perkelurahan dengan waktu layan yang berbeda. kelurahanAirlangga dan Gubeng di
Surabaya akan dilayani tanggal 1-10 stiap bulannya, dan
kelurahan-kelurahan lainnya pada tanggal yang lain untuk mengurangi
antrian layanan, mengingat kecenderungan sebagian besar pelanggan PLN akan
membayar mendekati deadline pembayaran yang ditentukan.
4. Metode
Pengawasan Alternatif
Beberapa
isu strategis perlu dipertimbangkan oleh manajer administrasi dalam
melaksanakan fungsi pengawasan, seperti tujuan dari pelaksanaan kontrol, sikap
manajer dan pegawai, frekuensi pelaksanaan, dan sumber juga data yang digunakan
untuk pengawasan. Selain dua jenis pengawasan yang telah dijelaskan sebelumnya,
terdapat jenis pengawasan alternatif, yaitu :
a. Behavior-oriental
rating methods, yang merupakan metode penilaian kinerja yang berorientasi pada
perilaku pegawai, dengan membandingkan kinerja karyawan yang satu dengan yang
lain. Ada 4 tehnik yang dapat digunakan :
1) Tehnik
deskripsi, penilai memberikan deskripsi kepada bawahannya mengenai kekuatan,
kelemahan, dan potensi dari pegawai yang dinilai. Namun sistem ini
reliabilitasnya kurang, mengingat setiap penilai mempunyai penekanan dan
subjektivitas tersendiri terhadap masing-masing pegawai.
2) Tehnik
ranking, dengan menyebutkan pegawai mana yan bekinerja paling bagus, dan
seterusnya. Pemberian ranking ini bisa melibatkan tim penilai atau
masing-masing supervisor.
3) Behavior
cheklist, yaitu tehnik yang menyediakan daftar perilaku yang berkaitan dengan
pekerjaan, dan tugas penilai adalah memilih pernyataan mana yang sesuai dengan
kondisi kerja pegawai. Biasanya teknik ini menggunakan skala Likert untuk
mendeskripsikan kinerja seorang pegawai.
4) Teknik
skala penilaian secara grafis, yang relatif banyak digunakan pada organisasi
atau perusahaan. Walaupun tehnik ini kurang detail, namun mudah digunakan dalam
waktu yang singkat. Tehnik ini juga mudah untuk dianalisis secara kuantitatif,
dan banyak tim penilai lebih dapat menerima karena reliabilitas dan
validitasnya relatif teruji.
5) Behaviorally
anchored rating scales (BARS), merupakan variasi dari teknik sebelumnya.
Keuntungan utama dari teknik ini adalah adanya pendeskripsian perilaku mana yng
dapat sikategorikan sebagai prestasi kerja yang memuaskan, sedang-sedang saja,
dan kurang memuaskan. Namun teknik ini membutuhkan usahan yang lebih banyak
untuk mengembangkan skala yang dapat diterima oleh semua pihak.
b. Result-oriented
rating methods, merupakan metode yang menitik beratkan pada hasil dari kerja
yang dibebankan kepada pegawai. Ada 2 tehnik yang dapat digunakan, yaitu:
1) Management
by objectives, yang didasarkan pada penetapan tujuan bagi organisai secara
keseluruhan, bagi masing-masing departemen atau devisi, maupun masing-masing
pegawai. Tehnik ini tidak mengukur perilaku pegawai, namun kontribusi mereka
terhadap organisasi. Sebelum menentukan tujuan, manajer administrasi harus
mendiskusikan tujuan umum apa yang akan dicapai untuk periode waktu tertentu
(tiap kwartal, semester, atau tahunan). Selanjutnya pembuatan rencana mengenai
bagaimana dan kapan tujuan tersebut akan tercapai, dan terakhir persetujuan
mengenai kapan akan dimulai upaya tersebut.
2) Work
lanning and review, menitikberatkan pada periodisitas penilaian rencana kerja
oleh tim penilai dan bawahan untuk mengidentifikasi tujuan yang tercapai,
masalah yang harus dipecahkan, dan training yang diperlukan.
5. Pengawasan
dan Anggaran Biaya
Anggaran menurut Garisson ,
Noreen, dan Brewer (2005) adalah rencana detail mengenai perolehan dan
penggunaan keuangan maupun sumber daya organisasi lainnya pada periode yang
telah ditentukan. Beberapa manfaat yang dapat dipetik oleh organisasi yang
melakukan penganggaran, antara lain:
a. Anggaran
mengomunikasikan rencana manajemen ke seluruh bagian di dalam organisasi.
b. Anggaran
ajan memaksa manajer untuk memikirkan masa depan organisasi dan merencanakan
bagaimana cara mencapainya. Jika anggaran tidak dipersiapakan, manajer akan
lebih banyak berurusan dengan aktivitas harian yang akan mengaburkan pencapaian
tujuan perusahaan.
c. Proses
penganggaran akan mengalokasikan sumber daya organisasi ke seluruh bagian
organisasi secara efektif dan efesien.
d. Proses
penganggaran akan meminimalisir terjadinya bottlenecks activity (aktivitas yang
kurang optimal)
e. Anggaran
akan mengoordinasi aktivitas-aktivitas di dalam organisasi dengan
mengintegrasikan rencana di masing-masing bagian.
f. Anggaran
akan mendefinisikan tujuan dan sasaran yang akan menjadi benchmarks dalam
mengevaluasi kinerja perusahaan
6. Cara
Biaya Bekerja Satu Sama Lain
Biaya
atau beban perusahaan dapat dibagi dalam tiga kelompok: biaya tetap, biaya
variable, dan biaya semivariabel.
a. Biaya
tetap adalah biaya yang secara rutin dikeluarkan dan tidak terpengaruh oleh
hasil produksi yang dihasilkan.Contohnya biaya sewa, asuransi, dan pajak
(karena biaya-biaya ini tidak terpengaruh oleh fluktuasi yang berhubungan
dengan output yang dihasilkan).
b. Biaya
variable memiliki hubungan yang erat dengan hasil yang dikeluarkan, sehingga
biaya yang dikeluarkan tidak tetap. Contoh biaya variable adalah bahan baku dan
persediaan.
c. Biaya
variable akan meningkat apabila produksi meningkat, tetapi tidak secara
langsung meningkat hasil produksi. Contohnya biaya sewa mesin foto kopi. Jika
lamanya pemakaian maupun volume pemakaian kertas ditingkatkan, maka biaya
perunit yang dikeluarkan akan menurun. Misalnya, apabila mesin foto copy
mengopi 500 kertas dalam jangka waktu tertentu, biaya yang dikeluarkan perunit
adlah Rp 48. Namun jika dalam jangka waktu yang sama mesin foto kopi mengopi
750 kertas, maka biaya perunit dapat menurun menjadi Rp 42.
7. Prinsip
Pembuatan Anggaran
Untuk
memfasilitasi pembuatan anggaran di kantor administrasi, terdapat 4 hal yang
patut diperhatikan:
a. Keterlibatan
karyawan dalam menyusun anggaran kantor administrasi. Jika karyawan yang
dilibatkan mereka memiliki kesempatan untuk secara langsung terlibat dalam
departemen tempat mereka bekerja. Hal ini akan meningkatkan komitmen mereka
untuk ikut serta mengembangkan perusahaan, terutama semakin besarnya perhatian
mereka terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pengeluaran biaya di departemen
mereka.
b. Anggaran
harus dapat merefleksikan perkiraan dari biaya operasional. Sebagian besar
orang percaya bahwa manajer yang baik adalah manajer yang mampu menekan biaya
operasional serendah mungkin. Bahkan beberapa organisasi menjadikannya sebagai
tolak ukur pemberian bonus. Misalnya, apabila manajer dapat menekan biaya
administrasi pada tingkat 80% dari anggaran yang telah ditetapkan, maka manajer
yang bersangkutan akan mendapat bonus 20% dari gaji tetap mereka.
c. Anggaran
harus dipersiapkan untuk keadaan diluar perkiraan. Anggaran dibuat untuk
periode satu tahun, sehingga perlu memperkiraan keadaan yang tidak diduga yang
mungkin akan terjadi dalam periode tersebut. Misalnya, biaya administrasi
perpelanggan pada tahun ini adalah Rp20 juta untuk 2.000 pelanggan, sedangkan
pelanggan yang dapat ditarik oleh perusahaan pada periode yang sama mencapai
2.300 pelanggan, sehingga anggaran harus disesuaikan menjadi Rp23 juta (apabila
menggunakan jumlah pelanggan sebagai basis penetapan anggaran biaya
administrasi)
d. Pegawai
harus merasa menjadi kesatuan dalam anggaran. Tanpa adanya kesatuan antara
pegawai dengan anggaran yang telah dibuat, maka pengimplementasian dari
anggaran yang telah dibuat itu tidak mungkin akan berhasil.
8. Pengendalian
Anggaran
Sebagian
besar organisasi akan meraih keuntungan
yang meningkat apabila penganggaran yang dilakukan cukup tepat serta teliti dan
perbedaan biaya actual dengan anggaran adalah minimal. Untuk itulah beberapa
jenis laporan yang dapat memperbandingkan kedua hal tersebut harus disiapkan
oleh Manajer Administrasi sebagai dasar pengendalian anggaran, misalnya biaya
administrasi actual per pelanggan dibandingkan dengan anggaran yang telah
ditetapkan. Sementara jumlah biaya adminisrasi actual setiap departemen maupun
devisi dibandingkan dengan anggaran dan laporan harian atau mingguan karyawan
yang membandingkan jam kerja actual dan Standar yang telah ditetapkan.
Standar
biaya administrasi dapat menggunakan benchmark atau tolak ukur dalam mengukur
kinerja pegawai admnistrasi berkaitan dengan biaya yang timbul.
9. Penyiapan
Laporan Anggaran
Dalam menyiapkan laporan
anggaran, beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh manajer adalah:
a. Situasi
tertentu. Manajer
dan eksekutif mempunyai tanggung jawab yang cukup luas dan cenderung meningkat
dari waktu ke waku, mereka mempunyai sedikit waktu untuk memperhatikan seluruh
kegiatan administrasi yang berjalanlancar dan sesuai rencana. Manajer
diharapkan hanya memperhatikan situasi tertentu yang menunjukkan aktivitas
administrasi yang tidak sesuai dengan perencanaan dan anggaran yang telah
ditetapkan sebelumnya.
b. Ketika
menampilkan angka dalam laporan, perbandingan dasar harus disajikan. Menampilkan
angka tanpa menyajikan dasar perbandingan yang menjelaskan angka tersebut akan
menjadi perbandingan yang dilakukan sia-sia. Contohnya, jika hanya menuliskan
biaya telpon bulan ini adalah Rp8.567.000, atau setidaknya menuliskan bahwa
biaya bulan lalu adalah Rp6.789.000 akan memberikan dasar bagi suatu
perbandingann.
c. Membantu
pembaca meringkaskan informasi laporan sebanyak mungkin.Penulisan
laporan anggaran akan membantu manajer atau eksekutif yang sibuk dengan
meringkaskan informasi yang ditampilkan pada laporan tersebut. Pada umumnya,
karena laporan ditampilkan untuk tingkat manajemen yang lebih tinggi, maka
hanya ringkasan yang dibutuhkan.
d. Laporan
harus mengandung informasi yang dapat memberikan penjelasan. Untuk
membantu pembaca, penjelasan tentang laporan yang telah disusun akan sangat
berguna. Mungkin penulis mengetahui alas an mengapa pengeluaran tertentu
melebihi anggaran yang telah disetujui. Penjelasan seperti ini sebaiknya dapat
dipahami oleh setiap pihak yang membaca laporan tersebut.
e. Laporan
harus standar. Membuat laporan yang berformat sama dari
waktu ke waktu akan membantu pembaca. Ketika membaca format yang standar,
pembaca dapat memahami dengan cepat informasi penting yang mirip dengan laporan
sebelumnya. Dengan menstandarkan format laporan akan memudahkan pembaca
membandingkan informasi yang terkandung dalam satu laporan dengan laporan lain.
10. Kontrol
Biaya
Daftar
berikut menjelaskan beberapa hal penting dlam pengontrolan biaya:
a. Mengembangkan
standar biaya pada beberapa kegiatan administrasi perkantoran
b. Mengembangkan
kesadaranakan biaya yang ditimbulkan pada karyawan.
c. Membantu
pengembangan prosedur operasi yang efesien.
d. Mengalokasikan
biaya kegiatan administrasi perkantoran sesuai dengan fungsi yang dilakukann
e. Mengetahui
kegiatan administrasi perkantoran yang tidak efesien dan mempersiapkan solusi
untuk membenahinya.
Namun
tidak semua administrasi perkantoran perlu dikontrol biayanya. Misalnya,
penerapan system pengarsipan elektronis yang tentunya membutuhkan
training dan melibatkan semua tenaga administrasi perlu dilakukan tanpa
melakukan control biaya yang harus dikeluarkan, karena tanpa training yang
layak, pegawai akan kurang mengetahui bagaimana system tersebut akan berjalan.
11. Teknik untuk
Mengontrol Biaya Kegiatan Administrasi Perkantoran
Untuk
mengontrol biaya administrasi perkantoran, biaya kegiatan administrasi
perkantoran aktual dibandingkan dengan standar biaya yang telah ditetapkan.
Jika biaya aktual melebihi perkiraan, manajer harus dapat menentukan alasan
dari kondisi tersbut. Selanjutnya, manajer administrasi dapat membuat rencana
perbaikan dengan mengembangkan kembali sistem dan prosedur kegiatan
administrasi perkantoran hingga mencapai tingkat kinerja yang dibutuhkan. Ada
beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mengontrol biaya kegiatan
administrasi perkantoran, yaitu :
a. Standar
Biaya. Dengan
meneapkan standar biaya dari setiap kegiatan administrasi yang dilakukan,
proses pengontrolan akan lebih mudah dilakukan oleh manajer. Contoh berikut
mengilustrasikan penggunan teknik biaya standar. Anggaplah bahwa standar biaya
yang digunakan PT. Asuransi “ABC” untuk memproses klaimasuransi kesehatan
adalah Rp25.000 per klaim. Namun pada beberapa perusahaan asuransi terlihat
bahwa pemrosesan seratus klaim hanya memakai biaya sebesar Rp225.000. Ini
berarti bahwa unit biaya yang dikeluarkan perusahaan seharusnya Rp22.500 per
klaim atau lebih besar Rp2.500 dari standar biaya yang ditetapkan oleh
industri. Untuk itu, diperlukan penyelidikan untuk mengetahui mengapa biaya
perusahaan melebihi standar tersebut dan bagaimana mencapai standar biaya
sebagaimana yang dicapai oleh industri.
b. Studi
Analisis Biaya. Cara ini digunakan untuk memperbandingkan
biaya periode saat ini dengan periode sebelumnya. Contohnya, gaji bulan ini
dibandingkan dengan gaji pada bulan yang sama tahun lalu. Jika angka ssat ini
lebih besar dari pada angka tahun lalu, maka alasan kanaikan harus
diteliti. Karena teknik ini sangat berpengaruh terhadap inflasi dan kenaikan
biaya kegiatan administrasi perkantoran, maka diperlukan untuk mengetahui bahwa
kenaikan biaya tersebut terjadi semata-mata diakibatkan oleh pengaruh inflasi
atau karena fungsi administrasi yang tidak efisien.
c. Mengambil
Tindakan Koreksi. Apila biaya aktual melebihi biaya yang telah
dianggarkan, fungsi pengontrolan biaya akan sangat diperlukan untuk mengoreksi
hal tersebut hingga biaya yang dikeluarkan sesuai dengan anggaran. Manajer
administrasi perkantoran atau supervisor bertanggung jawab untuk mengambil
tindakan yang tepat saat diperlukan. Karena banyak karyawan beranggapan bahwa
kontrol sebagai hukuman, orang yang bertanggung jawab atas tindakan
koreksi harus menjaga keadilan dan kebebasan, karena tidak semua orang
bereaksisama atas tindakan koreksi. Berikut adalah beberapa alasan biaya aktual
melebihi biaya yang diperkirakan :
1) Prosedur
kerja tidak efektif;
2) Karyawan
tidak dilatih secara baik untuk mengerjakan tugas yang diberikan;
3) Peralatan
yang berfungsi kurang baik;
4) Perlengkapan
tidak memiliki kualitas dengan situasi;
5) Karyawan
tidak mempunyai kesadaran akan biaya yang ditimbulkan
12. Mengontrol
Biaya Perkantoran
Unsur terpenting dari
perkantoran adalah biaya penentuan apakah biaya aktual melebihi biaya yang sudah
dianggarkan. Jika biaya aktual melebihi biaya yang dianggarkan, tindakan
koreksi akan diperlukan. Salah satu tindakan untuk mengontrol biaya adalah
memberikan latihan untuk mencegah kelebihan biaya. Berikut adalah saran yang
dapat diberikan :
a. Biaya
Perorangan. Karena
memiliki porsi yang paling besar dalam biaya perkantoran, mengontrol gaji
perorangan akan memberikan fleksibilitas yang lebih besar dibandingkan dengan
mengontrol biaya di area lain. Gaji perorangan dapat dikontrol dengan beberapa
cara. Salah satunya adalah dengan memastikan bahwa jumlah pegawai pada tiap
unit pekerjaan sesuai dengan jumlah pekerjaan yang perlu dilakukan.
b. Biaya
Perlengkapan dan Material. Karena sebagian besar pekerjaan
perkantoran menyangkut penggunaan perlengkapan, forms, dan material, biaya
penggunaannya harus diperhatikan oleh Manajer Administrasi. Salah satu cara
yang signifikan untuk mengontrol biaya ini adalah dengan
meminimalkan penggunaan perlengkapan kantor yang kurang relevan dengan
pekerjaan administrasi yang dilakukan. Pada sebagian besar instansi, cara yang
diambil untuk mengontrol hal ini adalah dengan menggaji karyawan yang telah
terlatih atau dengan melatih karyawan yang telah ada. Biaya perkantoran juga
dapat diatur dengan menggunakan alat yang dapat diganti dengan perlengkapan
lain. Biaya perlengkapan juga dapat dokontrol dengan menggunakan sistem
persediaan (inventory) yang efisien. Sistem pesediaan yang kurang
efektif akan mengakibatkan kelebihan persediaan pada perlengkapan yang satu dan
kekurangan pada yang lain. Dengan menyusun kebutuhan perlengkapan berdasarkan
prediksi tingkat kegiatan yang akan dilakukan, penggunaan biaa akan dapat
diminimumkan.
c. Biaya
Peralatan. Karena
beberapa peralatan kantor yang telah dibeli oleh organisasi kurang dapat
diandalkan, maka biaya perawatan menjadi tinggi. Untuk itu, sebelum membeli
peralatan kantor yang mahal, manajer administrasi harus menyelidiki apakah
peralatan tersebut dapat diandalkan dalam melakukan kegiatan administrasi
perkantoran. Setelah peralatan dibeli, catatan perawatan harus dijaga. Namun,
jika biaya perawatan terlau tinggi dibandingkan dengan peralatan lain, maka
peralatan itu sebaiknya dijual meskipun sudah tidak dipakai beberapa tahun.
Biaya peralatan juga dapat dikontrol dengan mencari peralatan yang cocok dengan
kegunaannya. Beberapa peralatan mungkin teralucanggih dan jika fiturnya tidak
terlalu berguna untuk proses kerja saat ini, maka pembeliannya haris ditunda.
Namun, jika peralatan canggih tersebut akan semakin dibutuhkan pada masa yang
akan datang, pembeliannya perlu diperhitungkan dengan terlebih dahulu melakukan
analisis ROI (return on investment), NVP (net present value), dan
analisis yang lain.
d. Biaya
Proses Kerja. Proses
kerja administrasi kantor yang dilakukan oleh organisasi tidak selalu memiliki
tingkat efisiensi yang sama. Karena proses yang tidak efisien, modifikasi harus
dipertimbangkan. Beberapa efisiensi pada proses kerja dapat dijelaskan dengan
pengukuran kerja, penyederhanaan kerja, dan analisis terhadap sistem dan
prosedur. Dari pada mengontrol biaya proses kerja yang tidak efisien, hasil
yang lebih baik akan diperoleh jika dilakuakn perbaikan teerhadap sistem dan
prosedur yang mendasari peaksanaan kegiatan administrasi perkantoran.Dalam
mengembangkan proses kerja yang didesain untuk meminimalkan biaya, harus
dipertimbangkan hal-hal berikut :
1) Biaya
kegiatan administrasi dengan porses kerja yang lancar dapat diperkirakan lebih
hemat dibandingkan dengan biayakegiatan administrasi yang kurang teratur.
2) Pengontrolan
biaya proses kerja harus difokuskan pada pekerjaan yang melibatkan pegawai
terbayak dan diikuti dengan proses kerja yang melibatkan sedikit
pegawai.
3) Proses
kerja yang melibatkan backtraking dan criss-crossing akan
memerlukan lebih banyak biaya dibandingkan proses kerja yang berupa garis
lurus.
e. Biaya
Overhead. Karena
beberapa overhead beragam - Misalnya penerangan, AC, dan
listrik. Hal tersebut hendaknya dapat dikontrol dengan membuat karyawan sadar
akan penggunaan peralatan yang optimal. Sebagai akibat dari peningkatan
kesadarn akan energi pada karyawan, beberapa program yang didesain untuk
konservas energi harus dikembangkan. Dalam banyak instansi, yang dibutuhkan
hanyalah kesadar akn biaya energi pada karyawan. Beberapa organisasi telah
memasyarakatkan kesadaran akan energi dengan mengadakan kontes pada tiap
departemen. Departemen yang menggunakan energi listrik terendah akan
mendapatkan penghargaan yang pada gilirannya akan memotivasi pegawai untuk
menghemat energi.
B. Pelaporan
1. Pengertian
Pelaporan
Laporan
mempunyai peranan yang penting pada suatu organisasi karena dalam suatu
organisasi dimana hubungan antara atasan dan bawahan merupakan bagian dari
keberhasilan organisasi tersebut. Dengan adanya hubungan antara perseorangan
dalam suatu organisasi baik yang berupa hubungan antara atasan dan bawahan,
ataupun antara sesama karyawan yang terjalin baik maka akan bisa mewujudkan
suatu sistem delegation of authority dan pertanggungjawaban akan terlaksana
secara effektif dan efisien dalam organisasi.
Pengertian
laporan adalah bentuk penyajian fakta tentang suatu keadaan atau suatu
kegiatan, pada dasarnya fakta yang disajikan itu berkenaan dengan tanggung
jawab yang ditugaskan kepada si pelapor. Fakta yang disajikan merupakan bahan
atau keterangan berdasarkan keadaan objektif yang dialami sendiri oleh si
pelapor (dilihat, didengar, atau dirasakan sendiri) ketika si pelapor melakukan
suatu kegiatan.
Dalam
pembuatan suatu laporan formal, bahasa yang digunakan haruslah bahasa yang
baik, jelas dan teratur. Bahasa yang baik tidak berarti bahwa laporan itu
mempergunakan gaya bahasa yang penuh hiasan, melainkan dari segi sintaksis
bahasanya teratur, jelas memperlihatkan hubungan yang baik antara satu kata
dengan kata yang lain dan antara satu kalimat dengan kalimat lain. Penggunaan
kata ganti orang pertama dan kedua harus dihindari, kecuali penggunaan kata
”kami” bila yang menyampaikan laporan adalah suatu badan atau suatu tugas.
2. Prinsip-Prinsip
Penulisan Laporan
Laporan
pada dasarnya adalah alat komunikasi juga. Supaya dapat digunakan sebagai alat
komunikasi yang efektif, sebuah laporan harus memenuhi syarat–syarat berikut
ini.
a.
Lengkap
Artinya
data dan fakta yang ada dalam laporan harus lengkap
b. Jelas
Sebuah
laporan disebut jelas bila uraian dalam laporan tidak memberi peluang
ditafsirkan secara berbeda oleh pembaca yang berbeda. Ini dapat dicapai bila
bahasa yang digunakan benar dan komunikatif
c. Benar / akurat
Data
dan fakta yang salah dapat menuntun pembaca membuat suatu keputusan yang salah.
Jadi kebenaran dan keakuratan isi laporan sangat diperlukan.
d. Sistematis
Laporan
harus diorganisasikan sedemikian rupa, dengan system pengkodean yang teratur,
sehingga mudah dibaca dan diikuti oleh pembaca. Laporan yang sistematis juga
menunjang unsur kejelasan yang sudah diciptakan oleh unsur – unsur bahasa.
e. Objektif
Penulis
laporan tidak boleh memasukkan selera pribadi ke dalam laporannya. Pelapor
harus bersikap netral dan memakai ukuran umum dalam minilai sesuatu.
f. Tepat waktu
Ketepatan
waktu mutlak diperlukan, karena keterlambatan laporan bisa mengakibatkan
keterlambatan pengambilan keputusan.
3. Jenis
Laporan
Laporan
dapat digolongkan menurut :
a. Maksud pelaporan
1) Laporan
informativ, yaitu laporan yang dimaksudkan untuk memberi informasi dan bukan
dimaksudkan untuk memberi analisis atau rekomendasi. Titik pentingnya adalah
pemberian informasi yang akurat dan terinci.
2)
Laporan rekomendasi, yaitu laporan yang di samping memberikan informasi juga
menyertakan pendapat si pelapor, dengan maksud memberikan rekomendsasi (usul
yang tidak mengikat). Meski demikian akurasi dan rincian informasi tetap
diperlukan supaya rekomendasi yang diberikan juga meyakinkan.
3) Laporan
analitis, yaitu laporan yang memuat sumbangan pikiran si pelapor, bisa berupa
pendapat atau saran, setelah melalui analitis yang matang dan mendalam.
Kebanyakan laporan akademis berada pada kategori ini.
4) Laporan
Pertanggungjawaban, di mana si pelapor memberi gambaran tentang pekerjaan yang
sedang dilaksanakan (Progress report) atau sudah dilaksanakan (bersifat
evaluatif).
5) Laporan
Kelayakan (feasibility report). Pelapor menganalisis suatu situasi atau masalah
secara mendalam untuk menuju penilaian yang bersifat pilihan: layak atau tidak.
Berbagai alternative dinanalisis, kemudian ditentukan mana yang lebih baik.
b. Bentuk Laporan
1) Laporan
berbentuk Memo; Biasanya laporan pendek yang memuat hal – hal pokok saja, dan
beredar di kalangan intern organisasi.
2) Laporan
berbentuk Surat; Isinya lebih panjang daripada laporan yang berbentuk memo,
sekitar tiga lembar folio. Bisa ditujukan ke luar organisasi.
3) Laporan
berbentuk naskah; Laporan ini bisa panjang atau pendek. Bila panjang dibuat
dalam format buku, dan dalam penyampaiannya mutlak diperlukan surat atau memo
pengantar.
4) Laporan
berbentuk Campuran; Laporan ini tidak lain gabungan antara bentuk naskah dengan
memo atau surat. Dibuat begini karena isinya cukup kompleks sehingga harus
dipadukan dengan bentuk naskah agar pengkodean bagian – baiannya lebih mudah
dilakukan.
5) Laporan
berbentuk formulir.
6) Laporan
berbentuk buku.
c. Waktu Penyampaian
1) Laporan
Insidental; Laporan ini tidak disampaikan secara rutin, hanya sekali- sekali
saja dalam rangka suatu kegiatan yang tidak terjadwal tetap.
2) Laporan
Periodik; Ditulis dalam suatu periode tertentu dan dinamai sesuai periodenya
pula. Contoh: Laporan harian, Mingguan, Bulanan dan
seterusnya.
Kesimpulan
Pelaporan administrasi perkantoran sangan penting karena bertujuan
untuk pertanggung jawaban atas administrasi sebuah organisasi atau perkantoran. Tujuan utama dari pengawasan adalah
mengusahakan apa yang direncanakan menjadi kenyataan. Oleh karena itu, agar
system pengawasan itu bener-bener evektif artinya dapat merealisasi
tujuan-tujuannya, maka suatu system setidak-tidaknya harus dapat dengan segera
melaporkan adanya penyimpangan-penyimpangan dari rencana.
[1] Badri Sukoco,S.E., Manajemen Administrasi Perkantoran
Modern ( Penerbit Erlangga : Jakarta, 2006) Halaman 129.
[2] P. Odgers.
Administratif Office Management.( Thomson : South-West, 2005)
[3] Opcit. Halaman
131
[4] Ibid. Halaman-
132.